Selamat Hari Bapa, Ayah...Sajak ini pernah hanna hantarkan ke media, mungkin bukan rezeki dan tidak tersiar di media itu. Apa pun atas permintaan seorang teman, hanna kisahkan puisi ini di sini...
Rotan Abah
Bangkit aku dari rebah,
gagahi lelah yang payah,
Peritnya membakar temulang,
calar birat parut,
meninggalkan kesan yang paling dalam.
Wajah bersalut duka,
mengerang derita,
luluh tangis ibu bergema,
rotan abah,
membelah jiwa,
mengalir darah luka.
Di balik jendela,
kulihat abah berwajah durja,
sebilah rotan teman setia,
menahan lara,
mengalir darah luka.
rotan abah,
bukan sengaja ada,
tidak mencipta kejam,
bukan merobek derita.
Rotan abah,
Penyatu jiwa,
agar aku tidak lupa,
asal usul dunia,
moga aku tidak alpa,
mengecap takwa.
Rotan abah,
menyusun cerita,
atas nama cinta,
Menuju jalan ke syurga.
karya hJ
Rotan Abah
Bangkit aku dari rebah,
gagahi lelah yang payah,
Peritnya membakar temulang,
calar birat parut,
meninggalkan kesan yang paling dalam.
Wajah bersalut duka,
mengerang derita,
luluh tangis ibu bergema,
rotan abah,
membelah jiwa,
mengalir darah luka.
Di balik jendela,
kulihat abah berwajah durja,
sebilah rotan teman setia,
menahan lara,
mengalir darah luka.
rotan abah,
bukan sengaja ada,
tidak mencipta kejam,
bukan merobek derita.
Rotan abah,
Penyatu jiwa,
agar aku tidak lupa,
asal usul dunia,
moga aku tidak alpa,
mengecap takwa.
Rotan abah,
menyusun cerita,
atas nama cinta,
Menuju jalan ke syurga.
karya hJ
No comments:
Post a Comment
Bicara madahmu mengerat ukhwah,...Terima kasih :)